SURAT CINTA UNTUK GURUKU PAK EKO : DARI ROJAK
SURAT CINTA UNTUK GURUKU PAK
EKO
Oleh : Abdul Rojak, S.Pd
Guruku karena engkaulah kini
kami bisa membaca, bukan hanya membaca huruf abjad atau hijaiyah, tapi juga
membaca nilai-nilai kehidupan. Banyak ilmu yang telah engkau berikan selama
kami berada di bangku sekolah dasar yang penuh dengan kecerian.
Berkat jasa engkaulah kami kini bisa menulis, bukan hanya sekedar tulisan “ini
budi” dan “ini Ibu Budi”, tapi kami juga mampu menuliskan impian dan cita-cita
kami, yang dulu sering engkau tanyakan “Siapa yang bercita-cita…..?”.
Karena jasa engkaulah kini kami
bisa meraih masa depan yang telah kami tuliskan puluhan tahun yang lalu. Engkau
telah mengajari kami berhitung, bukan hanya sekedar 1+2=3, tapi lebih dari itu
engkau memberikan pelajaran kepada kami betapa setiap waktu yang kami lalui
begitu berharga.
Nasehat engkau tentang
bagaimana kami harus memanfaatkan masa muda dengan sebaiknya-baiknya untuk
menggapai impian, kini telah kami nikmati hasilnya. Tanpa bosan bosannya engkau
mengingatkan kami untuk mengerjakan PR dan mengumpulkan tugas.
Terimakasih guruku, engkau telah menghukum kami pada setiap kesalahan yang kami lakukan. Karena hukuman itulah kami jadi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Hukuman itu membuat kami lebih hati-hati dalam bersikap, berucap dan mengambil tindakan.
Walau hanya sekedar pujian
dengan kalimat “bagus” dan sebuah jempol atau menepuk bahu kami namun kami
sangat bahagia mendapatkannya darimu. Itulah penghargaan yang luar biasa bagi
kami. Karena itulah yang kini kami lakukan kepada anak-anak dan murid kami.
Keteladananmu begitu membekas dalam sanubari kami.
Engkau telah mengajari kami
untuk diam dalam keheningan saat engkau menjelaskan atau juga engkau telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya dan berpendapat. Engkau
menjadikan kelas kami tidak membosankan.
Karena itulah kini kami tahu
bagaimana kami harus menghargai saat orang lain berbicara dan kapan kami harus
memberikan pendapat. Dari semua inspirasi yang telah menggerakan hati kami,
engkau sepertinya mengetahui apa yang paling kami rasakan, apa yang bisa masuk
dalam relung-relung hati kami. Tidak lain karena nilai-nilai keteladan yang
telah engkau tunjukan kepada kami selama ini.
Saat engkau meminta kami datang
pagi, engkaulah yang paling pertama hadir di sekolah. Saat engkau meminta kami
untuk diam mendengarkan, engkaulah yang pertama kali mendengarkan dan
menanggapi setiap pertanyaan dan keluh kesah yang kami ajukan.
Saat engkau meminta kami untuk
sholat engkaulah yang pertama kali melangkahkan kakimu menuju masjid. Tidak terhitung nilai-nilai keteladan yang telah engkau berikan
kepada kami, walaupun kami sadari bahwa “Guru Juga Manusia” yang tidak luput
dari kesalahan. Oleh sebab itu kami berdoa semoga Allah memulaikan engkau wahai
guru-guru kami, baik di dunia dan diakhirat.
Terimakasih Guruku Pak Eko
Herwanto, yang menjadi inspirasiku hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Bagiku engkau bukan hanya sebagi guru, aku menganggapmu sebagai orang tua yang
begitu memahami maasalahku dan bisa memberikan saran bagaimana aku
menyelesaikannya. Tak pernah aku dimarahi, meski aku pernah melakukan
kesalahan.
Saat aku salah bertindak,
engkau bijak. Tidak memarahiku di tengah teman-temanku namun hanya bilang, Nak
nanti ke meja Bapak ya, ada yang perlu Bapak sampaikan. Setelah aku menemuimu. Engkau dengan pelan
minta aku untuk menceritakan kejadian yang tadi beliau lihat di pelataran
sekolah.
Selesai aku menceritakan,
engkau bertanya : “apa pendapatmu dengan sikap yang tadi ananda lakukan?”. Aku
diam, dan tertunduk. Lalu menjawab : itu tindakan yang salah pak. Baiklah nak,
karena kamu sudah faham, maka jangan ulangi itu lagi. Dan sekarang boleh
kembali ke kelas. Plong rasanya keluar
dari ruanganmu. Ada rasa bersalah, namun tersadarkan, kemudian berjanji pada
diri sendiri untuk tidak mengualanginya.
Pernah aku datang paling pagi
padahal bukan piket kelas, namun karena jam menunjukan pukul 07: 45 dan masuk
sekolah pukul 07:15 WIB sementara kelas masih belum disapu. Di SD Negeri yang
bersihkan kelas adalah murid yang piket
hari itu. Aku mengambil sapu dan menyapu kemudian membuang sampahnya ke tempat
yang telah tersedia,
Saat itu aku melihat pak Eko
melintas menuju ruang guru, ia tersenyum dan menyampaikan salam. Assalamu
alikum nak, ada siapa saja dikelas ?. Aku jawab : “ baru saya pak”. Ok , terima
kasih. Selanjutnya beliau masuk ke ruang guru.
Saat pelajaran Pak Eko … ia
memberikan nasihat setelah mengabsen dan berdoa. Biasanya langsung memberikan
pelajaran. Kali ini pak Eko bercerita. Nak ada yang tahu tidak apa itu berkah
?. Ada yang jawab : “Nasi riungan pak”. Pak Eko tersenyum, ada lagi yang punya
pendapat lain ?. Aku menjawab : berkah itu kenikmatan pak. Bagus.
Pak Eko melanjutkan ceritanya,
ada 2 anak yang sekolah di SD Mutiara, mereka tetanggaan dan biasanya mereka
berangkat bareng dan pulang bersama. Suatu pagi satu anak tidak tampak di Sekolah
dan yang datang hanya satu anak saja.
Pak guru bertanya siapa yang
tahu kabarnya Ahmad ?. Temannya yang masuk menjawab, gak tahu bu, tadi pagi pas
saya panggil saat melintasi rumahnya, tampaknya sepi. Mungkin sedang pergi. Aku
tidak tahu persisnya. Terima kasih nak kata pak Eko padaku. Sama sama Pak
jawabku sambil terheran kenapa pak Eko tahu ahmad tidak masuk?.
Kini setelah aku menjadi guru,
aku sadar bahwa Pak Eko menetahui si Ahmad tidak masuk karena ia selalu
mengabsen muridnya sebelum memulai pelajaran. Rupanya itu membekas di hatiku,
bahwa dipanggil nama lengkap oleh guru merupakan kegembiraan. Dan saat tidak
masuk sekolah ditanyakan mengapa tidak masuk menjadi keharuan dan kekaguman
betapa guruku perhatian kepada semua muridnya.
Selanjutnya pak Eko bertanya
bagaimana keadaan kelas kita hari ini?. Semua menjawab bersih pak , rapih
menurutku. Alhamdulillah, ada yang tahu siapa saja pikrt kelas hari ini?. Semua
diam, dan aku menjawab ada pak tuh di jadwal piket. Pak Eko melangkah dan
membacakan nama petugas piket dari nama
a, b, c dan d.
Lalu pak Eko betanya apakah 4 murid bapak yang
baik dan rajin, tadi pagi sudah melaksanakan piket kelas?. Sontak 4 anak yang namanya ada di jadwal piket dan dibacakan,
mukanya mejadi pucat lalu menunduk. Pak Eko bertanya, ada yang tahu itu termasuk perbuatan apa?. Tidak ada yang
jawab.
Bapak tahu semua ananda akan
menjawab perbuatan tersebut termasuk salah. Karena tak menjalankan kewajiban
yang diberikan guru dan teman-teman untuk membersihkan kelas, bapak yakin hari
berikutnya kita semua akan kompak melaksanakan piket kelas.
Luar biasa efeknya sejak
kejadian tersebut tidak pernah ada yang tidak mengerjakan piket kelas, dan
meski pun aku datang pagi, tetap saja petugas piket yang namanya ada di jadwal
hari tersebut akan datang lebih pagi dariku. Inilah pembelajaran kedisiplinan
model Pak eko.
Pernah pula suatu waktu Pak Eko
memberikan hadiah kepadaku sebuah buku cerita kumpulan dongeng Nusantara,
harganya 11.000 rupiah. Namun kenangan itu hingga kini tetap kuingat.
Terasa lebih istimewa dari
apapun, karena diberikan sebelum pak Eko menutup pelajaran. Dan teman temanku
bertanya mengapa aku diberi hadiah?. Pak malah bertanya : “ apakah yang lain
juga atau semuanya ingin dapat hadiah dari pak Eko?.
Kompak semua murid menjawab :
“mau”. Jika mau maka syaratnya harus
jadi duta sampah. Nanti yang pak Eko temukan mengambil sampah di lingkungan
sekolah lalu membuang ke bak sampah akan bapak kasih hadih juga.
Eh besoknya aku saksikan betapa
bersihnya lapangan sekolah dan koridor depan kelas serta rung kelas kami. Rupanya
semuanya berlomba-lomba untuk mengambil sampah lalu membuangnya. Mungin niatan
anak-anak agar dapat hadiah dari pak Eko.
Saat pelajarn Pak Eko, semua
murid menagih hadiahnya. Pak Eko tertawa. Sabar ya nak, semuanya akan bapak
beri hanya waktunya saat kita pembagian rapor keanikan kelas. Dan itu
ditunaikan pak Eko, semua murid diberi hadiah buku tulis, pinsil dan penghapus.
Kami gembira dan terharu serta
bangga punya guru baik seperti pak Eko, dan ada temanku bertanya : “ Pak kalau
yang hadiah buku cerita diberikan ke Rojak, itu alasannya apa?”. Pak Eko
tertawa, dan menjelaskan bahwa waktu ada yang tidak piket itu, kalian tahu gak
siapa yang menggantikan menjadi piket?. Ya Rojakitu, makanya dikasih hadiah
oleh bapak.
Semua kompak berucap :
ooooo….!. Demikianlah sepenggal kisahku di Sekolah bersama guruku yang baik pak
Eko, yang atas inspirasi dan keteladannya aku kini menjadi guru pula. Dan
harapanku semoga aku bisa meneladani pak Eko dalam mendidik muridku.
Biografi Penulis
Abdul Rojak, SPd adalah guru BK di SMP Islam Al Azhar 11 Kota
Serang, meski baru gabung 6 bulan yang lalu di SMP tersebut namun daya adaptasi
yang baik sudah dipercaya menjadi bagian kemuridan.
Sebelumnya selama 9 tahun bertugas di SD Islam Al
Azhar 10 Serang dikenal sebagai guru keep smiling, dan ketua Pramuka terlama
menjabat 5 tahun. Lulus dari jurusan BK UHAMKA Jakarta dan saat ini sudah
berkeluarga.
Dikaruniai 3 orang anak, 2 laki laki dan 1
perempuan, tinggal di Cibeunying – Pandeglang Banten. Setiap hari menempuh jarak
sekitar 20 Km dari rumah ke Sekolah demi murid yang dicintainya.
Tulisan berjudul : Surat Cinta Untuk Guruku Pak Eko
merupakan tulisan pertama untuk buku antologi yang dibimbing bu Kanjeng. Semoga
bermanfaat dan menginspirasi.
Pembaca dapat berkomunikasi dengan penulis melalui
Hp/ Wa : +62 817-0081-408 atau via email : abdulrojak@alazharserang.sch.id
Selamat pak ojak punya buku pertama
BalasHapusbu Ifat n bu as ... moga kl ada waktu berkenan baca. Ini buko pa Ojak yang pertama . meski Antologi ya utk awal bagus. Kl dah pakar nanti buku solo
BalasHapusMaa syaa Allah, My Teacher is My Inspiration
BalasHapus